Tumben nge-review? Soalnya pas promo film ini di Hellofest 10 saya ada disana.
Akhirnya sempet nonton sebelum ditarik…
Jarang nonton film, apalagi di bioskop. Jadi malu mau ngereview karna awam dan pengetahuan gak luas. Alhasil bakal subyektif banget...
Film ini... Eksotik~ <3
Dari pemainnya, pemandanganya, settingnya, indah kayak video clip. Kayaknya favorit seniman dan orang luar negri.
Pribadi sih... film ini... Avatar The Last Airbender! XD (gak fokus /memang)
Udah adiknya Dara yang botak, namanya "Angin". Penampilan dan kejamnya Biru kayak Fire Lord Ozai. Gerhana liciknya kayak Azula. Nicolas Saputra (lupa nama karakternya) deket sama pamannya gitu kayak Zuko, dan sampai ending karakternya (masih) Rangga AADC lol.
Yang berasa kurang di bagian pengukur waktu, apa sebutanya? Timeline? Yah itulah ahahaha
Di film ini "waktu berlalu" itu digambarkan dengan pemandangan yang silih berganti. Karena memang tidak ada kalender di dunia itu. Karakternya hanya mengatakan malam ini dan besok. Tidak ada keterangan “1000 jam kemudian” atau gimana, tiba-tiba udah punya anak aja!. Perubahan karakternya juga kurang terlihat. Kayak potong rambut, cukur jenggot, kerutan, rambut memutih, hamil dan gemukan.
Mungkin kalau ditunjukan tempat yang sama dengan kondisi yang berbeda, waktu berlalunya bakal lebih berasa. Misal dari rumput yang hijau sampai jadi kuning. Dari pohon toge sampe jadi pohon beringin gitu. Atau Elang (ah itu namanya) tiba-tiba punya iPad (Ya kali).
“Kekuasaan besarnya” juga kurang terlihat, mungkin karena penduduknya terlihat sedikit? Atau karena pembeda antara perguruan satu dengan perguruan lainya kurang keciri?.
Soal aksi kurang paham soal itu sih, mungkin terlalu pendek, cepat dan close up.
Soal budaya, setting, bahasa dll, anggap aja "dunia" di film ini itulah adanya.
Jalan cerita sederhana, gak banyak mikir lah, lebih untuk di”resep”in gitu…
Saya suka konsep “berpasanganya”, walau tidak dijelaskan statusnya. Ini partner in crime, partner se-jurus, pacaran, nikah, sekedar kawin aja, atau partner zone. Perasaannya itu sayang apa hanya kasihan, merasa tanggung jawab atau ajimumpung. Itu terserah penonton anggepnya apa XD
Yang plus banget adalah... Landscape-nya indah, memanjakan mata, blokingnya, suaranya, settingnya. Kalau film luar mungkin kebanyakan pakai studio, indoor setting, green screen, CG. Di Indonesia gak terlalu perlu... indahnya... asli... gw mikir ada ya tempat begini di Indonesia?
*Promosi Pariwisata Indonesia Detected*
Film ini aman untuk wanita karena...
bisa fangirling/bukan woi, tapi memang kedengeran penonton cewek yang kyaaing di bioskop, apalagi pas Darius muncul XD. Adengan kejamnya cukup aman dan gak mengganggu kayak The Raid.
Kalau yang mencari humor, horor, banyak fanservice, dialog epic, moderen, action thrill atau pertarungan epic lebay. Saya tidak sarankan untuk menonton film artistik, rada filusuf, aman, dan puitis ini...
Disamping kekurangannya, film ini niat dan apik. Dan saya tidak menyesal menontonnya.
Semoga dibikin lagi dengan perbaikan. Aaaaaamiiiiiinnnnn
Akhirnya sempet nonton sebelum ditarik…
Jarang nonton film, apalagi di bioskop. Jadi malu mau ngereview karna awam dan pengetahuan gak luas. Alhasil bakal subyektif banget...
Film ini... Eksotik~ <3
Dari pemainnya, pemandanganya, settingnya, indah kayak video clip. Kayaknya favorit seniman dan orang luar negri.
Pribadi sih... film ini... Avatar The Last Airbender! XD (gak fokus /memang)
Udah adiknya Dara yang botak, namanya "Angin". Penampilan dan kejamnya Biru kayak Fire Lord Ozai. Gerhana liciknya kayak Azula. Nicolas Saputra (lupa nama karakternya) deket sama pamannya gitu kayak Zuko, dan sampai ending karakternya (masih) Rangga AADC lol.
Yang berasa kurang di bagian pengukur waktu, apa sebutanya? Timeline? Yah itulah ahahaha
Di film ini "waktu berlalu" itu digambarkan dengan pemandangan yang silih berganti. Karena memang tidak ada kalender di dunia itu. Karakternya hanya mengatakan malam ini dan besok. Tidak ada keterangan “1000 jam kemudian” atau gimana, tiba-tiba udah punya anak aja!. Perubahan karakternya juga kurang terlihat. Kayak potong rambut, cukur jenggot, kerutan, rambut memutih, hamil dan gemukan.
Mungkin kalau ditunjukan tempat yang sama dengan kondisi yang berbeda, waktu berlalunya bakal lebih berasa. Misal dari rumput yang hijau sampai jadi kuning. Dari pohon toge sampe jadi pohon beringin gitu. Atau Elang (ah itu namanya) tiba-tiba punya iPad (Ya kali).
“Kekuasaan besarnya” juga kurang terlihat, mungkin karena penduduknya terlihat sedikit? Atau karena pembeda antara perguruan satu dengan perguruan lainya kurang keciri?.
Soal aksi kurang paham soal itu sih, mungkin terlalu pendek, cepat dan close up.
Soal budaya, setting, bahasa dll, anggap aja "dunia" di film ini itulah adanya.
Jalan cerita sederhana, gak banyak mikir lah, lebih untuk di”resep”in gitu…
Saya suka konsep “berpasanganya”, walau tidak dijelaskan statusnya. Ini partner in crime, partner se-jurus, pacaran, nikah, sekedar kawin aja, atau partner zone. Perasaannya itu sayang apa hanya kasihan, merasa tanggung jawab atau ajimumpung. Itu terserah penonton anggepnya apa XD
Yang plus banget adalah... Landscape-nya indah, memanjakan mata, blokingnya, suaranya, settingnya. Kalau film luar mungkin kebanyakan pakai studio, indoor setting, green screen, CG. Di Indonesia gak terlalu perlu... indahnya... asli... gw mikir ada ya tempat begini di Indonesia?
*Promosi Pariwisata Indonesia Detected*
Film ini aman untuk wanita karena...
bisa fangirling/bukan woi, tapi memang kedengeran penonton cewek yang kyaaing di bioskop, apalagi pas Darius muncul XD. Adengan kejamnya cukup aman dan gak mengganggu kayak The Raid.
Kalau yang mencari humor, horor, banyak fanservice, dialog epic, moderen, action thrill atau pertarungan epic lebay. Saya tidak sarankan untuk menonton film artistik, rada filusuf, aman, dan puitis ini...
Disamping kekurangannya, film ini niat dan apik. Dan saya tidak menyesal menontonnya.
Semoga dibikin lagi dengan perbaikan. Aaaaaamiiiiiinnnnn