Kenapa "mungkin"?
Karena belum ada bukti. Bukan kasus baru. Tapi baru kali ini mengalami sendiri, biasanya hanya tahu dari artikel berita.
Sabtu malam kemarin (4/9/2016) sekitar jam 21.00 WIB. Seperti biasa Okky mengantar saya pulang dengan motor
bebek Honda Blade melewati Lebak Bulus, Pasar Jumat, perbatasan Jakarta - Tangerang Selatan, yang ada tulisan
"Selamat Datang di Propinsi Banten".
Waktu itu kondisi jalan padat merayap khas malam Minggu. Cuaca sedikit gerimis jadi kondisi jalanan becek.
Sebelum sampai ke gapura itu, tiba-tiba ban belakang kempes (moga-moga bukan karena berat badan saya naik ;_;).
Kita turun, lalu jalan ke bengkel pinggiran terdekat, terlalu dekat, tidak sampai 10 meter sudah ketemu, remang - remang.
Kita menunggu agak lama karena tukangnya (Emak-emak) sedang mengerjakan 2 motor lainnya.
Ban motor yang bocor langsung dibongkar dan dicek tukang tambal ban tersebut. Entah apa katanya, pokoknya harus ganti
ban dalam karena bocornya tidak bisa ditambal. Okky iya saja karena kebetulan ban dalamnya sudah lama tidak diganti.
Keluar Rp50.000 kalau tidak salah sudah termasuk pasang, lupa dia pakai merk apa, setahu saya harga ban dalam
Rp25.000 s/d entah. Akhirnya roda dicopot, ban dalam diganti, tapi memasang kembali rodanya lamaaaaa sekali!. Yaa saya
tidak terlalu mengerti soal motor dan kesulitan-sulitannya. Sampai supir Mikrolet D01 berhenti turun untuk bantu pasang.
Selama proses pasang roda itu, sudah ada sekitar 5 motor yang datang dengan kasus yang sama. Ada yang menunggu,
ada yang lanjut ke bengkel satunya lagi di depan.
Saya tahu dari awal ini sudah tidak beres.
Karena belum ada bukti. Bukan kasus baru. Tapi baru kali ini mengalami sendiri, biasanya hanya tahu dari artikel berita.
Sabtu malam kemarin (4/9/2016) sekitar jam 21.00 WIB. Seperti biasa Okky mengantar saya pulang dengan motor
bebek Honda Blade melewati Lebak Bulus, Pasar Jumat, perbatasan Jakarta - Tangerang Selatan, yang ada tulisan
"Selamat Datang di Propinsi Banten".
Waktu itu kondisi jalan padat merayap khas malam Minggu. Cuaca sedikit gerimis jadi kondisi jalanan becek.
Sebelum sampai ke gapura itu, tiba-tiba ban belakang kempes (moga-moga bukan karena berat badan saya naik ;_;).
Kita turun, lalu jalan ke bengkel pinggiran terdekat, terlalu dekat, tidak sampai 10 meter sudah ketemu, remang - remang.
Kita menunggu agak lama karena tukangnya (Emak-emak) sedang mengerjakan 2 motor lainnya.
Ban motor yang bocor langsung dibongkar dan dicek tukang tambal ban tersebut. Entah apa katanya, pokoknya harus ganti
ban dalam karena bocornya tidak bisa ditambal. Okky iya saja karena kebetulan ban dalamnya sudah lama tidak diganti.
Keluar Rp50.000 kalau tidak salah sudah termasuk pasang, lupa dia pakai merk apa, setahu saya harga ban dalam
Rp25.000 s/d entah. Akhirnya roda dicopot, ban dalam diganti, tapi memasang kembali rodanya lamaaaaa sekali!. Yaa saya
tidak terlalu mengerti soal motor dan kesulitan-sulitannya. Sampai supir Mikrolet D01 berhenti turun untuk bantu pasang.
Selama proses pasang roda itu, sudah ada sekitar 5 motor yang datang dengan kasus yang sama. Ada yang menunggu,
ada yang lanjut ke bengkel satunya lagi di depan.
Saya tahu dari awal ini sudah tidak beres.
foto: bengkel pertama
Dari situ saya sudah tidak tenang, emosi, saya tidak nyaman duduk, jadi saya jalan sambil foto-foto (baca: nge-stalk).
Selain karena khawatir kemalaman, juga karena proses masang roda yang memakan waktu satu jam dan terlihat ‘asal aja’
seperti tidak menguasai. Akhirnya rodanya bisa dipasang. Kita lanjut perjalanan.
Tidak sampai 20 meter ban belakangnya kempes lagi...
Kan...
Akhirnya motor dibawa ke bengkel pinggiran yang lebih dekat. Di sana kita bertemu dengan motor lain yang sebelumnya
juga ‘diotak-atik’ di bengkel Emak-emak itu. Ngobrol- ngobrol soal ketidakberesan disana dengan tiga anak muda yang
salasatunya korban. Ternyata roda motor belakang Okky selain bocor lagi, juga salah pasang. “Mas ini, kalo tadi diterusin
jalan bisa patah loh” kata anak muda itu sambil ngotak ngatik bareng. Saya tidak mengerti apa-apanya yang patah.
Bengkel tambal ban yang ini lebih remang-remang dengan perlengkapan lebih minim, yang jaga dua Babeh-babeh kurus.
Saya makin tidak bisa percaya siapa-siapa. Belum lagi jalanan mulai sepi karena sudah sekitar jam 23.30 WIB.
Saya wassap ibu minta dijemput atau setidaknya ditemani. Soalnya cukup bahaya kalau hanya kita ber-2, mau protes,
kita kurang massa, tempat remang-remang, bisa-bisa dikeroyok, pikirku.
Setengah jam kemudian, Bapak dan Kakak datang dengan mobil. Kita jelaskan kejadiannya. Sementara ban ditambal,
Bapak, Kakak, dan Okky mendatangi bengkel Emak-emak tadi tempat pertama singgah untuk komplain soal ban yang baru
beli tapi langsung bocor 2 lubang. Saya yang jaga disini cuma bisa lihat dari kejauhan Emak-emak itu marah-marah,
Kakak nunjuk-nunjuk, entah pada ngomong apa, cekcok lah pokoknya.
Bapak kembali ke bengkel ke-2. Jadi saya bisa nyamper ke bengkel pertama buat kepo. Yah intinya minta pertanggung
jawaban soal ban yang katanya ‘baru’ itu .Lalu kakak saya menyuruh Emak-emak itu untuk menambal ban dalem Okky
sebelumnya yang katanya tidak bisa ditambal sehingga harus beli baru, dengan ancaman lapor polisi. Emak-emaknya
terlihat senewen dan menuduh bengkel ke-2 yang menambah lubang di ban barunya.
Memang ban yang terpasang sekarang juga belum selesai ditambal oleh bengkel ke-2, yang total lubangnya tiba-tiba jadi 3. Entah dibolongin barusan atau memang ban 'baru'nya sudah bapuk. Bapak sewot karena sudah jam 01.15 WIB, sudah ganti
hari. Akhirnya beli ban baru lagi di bengkel ke-2 dan mereka tampak lebih serius dalam memasang, entah karena takut
atau apa. Dari roda dilepas, pasang ban, pompa, sampai roda dipasang lagi tidak sampai 15 menit. Bayar Rp40.000.
Okky lanjut mengantar saya pulang, perjalanan lancar walau roda sedikit goyang.
Bapak dan Kakak menyusul sambil membawa ban sebelumnya yang 'akhirnya' sudah ditambal bengkel pertama.
Fin, sampai rumah jam 02.00WIB
They ruined my date-time...
Dari situ saya sudah tidak tenang, emosi, saya tidak nyaman duduk, jadi saya jalan sambil foto-foto (baca: nge-stalk).
Selain karena khawatir kemalaman, juga karena proses masang roda yang memakan waktu satu jam dan terlihat ‘asal aja’
seperti tidak menguasai. Akhirnya rodanya bisa dipasang. Kita lanjut perjalanan.
Tidak sampai 20 meter ban belakangnya kempes lagi...
Kan...
Akhirnya motor dibawa ke bengkel pinggiran yang lebih dekat. Di sana kita bertemu dengan motor lain yang sebelumnya
juga ‘diotak-atik’ di bengkel Emak-emak itu. Ngobrol- ngobrol soal ketidakberesan disana dengan tiga anak muda yang
salasatunya korban. Ternyata roda motor belakang Okky selain bocor lagi, juga salah pasang. “Mas ini, kalo tadi diterusin
jalan bisa patah loh” kata anak muda itu sambil ngotak ngatik bareng. Saya tidak mengerti apa-apanya yang patah.
Bengkel tambal ban yang ini lebih remang-remang dengan perlengkapan lebih minim, yang jaga dua Babeh-babeh kurus.
Saya makin tidak bisa percaya siapa-siapa. Belum lagi jalanan mulai sepi karena sudah sekitar jam 23.30 WIB.
Saya wassap ibu minta dijemput atau setidaknya ditemani. Soalnya cukup bahaya kalau hanya kita ber-2, mau protes,
kita kurang massa, tempat remang-remang, bisa-bisa dikeroyok, pikirku.
Setengah jam kemudian, Bapak dan Kakak datang dengan mobil. Kita jelaskan kejadiannya. Sementara ban ditambal,
Bapak, Kakak, dan Okky mendatangi bengkel Emak-emak tadi tempat pertama singgah untuk komplain soal ban yang baru
beli tapi langsung bocor 2 lubang. Saya yang jaga disini cuma bisa lihat dari kejauhan Emak-emak itu marah-marah,
Kakak nunjuk-nunjuk, entah pada ngomong apa, cekcok lah pokoknya.
Bapak kembali ke bengkel ke-2. Jadi saya bisa nyamper ke bengkel pertama buat kepo. Yah intinya minta pertanggung
jawaban soal ban yang katanya ‘baru’ itu .Lalu kakak saya menyuruh Emak-emak itu untuk menambal ban dalem Okky
sebelumnya yang katanya tidak bisa ditambal sehingga harus beli baru, dengan ancaman lapor polisi. Emak-emaknya
terlihat senewen dan menuduh bengkel ke-2 yang menambah lubang di ban barunya.
Memang ban yang terpasang sekarang juga belum selesai ditambal oleh bengkel ke-2, yang total lubangnya tiba-tiba jadi 3. Entah dibolongin barusan atau memang ban 'baru'nya sudah bapuk. Bapak sewot karena sudah jam 01.15 WIB, sudah ganti
hari. Akhirnya beli ban baru lagi di bengkel ke-2 dan mereka tampak lebih serius dalam memasang, entah karena takut
atau apa. Dari roda dilepas, pasang ban, pompa, sampai roda dipasang lagi tidak sampai 15 menit. Bayar Rp40.000.
Okky lanjut mengantar saya pulang, perjalanan lancar walau roda sedikit goyang.
Bapak dan Kakak menyusul sambil membawa ban sebelumnya yang 'akhirnya' sudah ditambal bengkel pertama.
Fin, sampai rumah jam 02.00WIB
They ruined my date-time...
foto: bengkel ke-2
Saya gak percaya siapa pun di sana. Bengkel pertama maupun bengkel ke-2. Bisa saja kan bengkel pertama ‘membuat’
gak beres. Lalu bengkel ke-2 ‘membereskan’. Jadi bisa saling menguntungkan keduanya. Menjual barang rusak, kurang ahli
dalam memasang.
Kalau mau shu'uzdon. Mungkin mereka juga yang menebar paku di dekat bengkel. Dalam kondisi becek dan gelap, susah
untuk melihat aspal.
Okelah gak pa pa kalau kita korbannya, masih muda, sehat fisik, sehat keuangan. Gimana kalau orang tua, orang sakit
yang sedang terburu-buru. Ada yang bawa anak sama barang bawaan banyak, hujan-hujanan, terus harus mengalami seperti ini...
Mungkin lebih aman pakai Ban Tubeless.
Yah, itu cerita dari sisi saya...
Maaf bila banyak typo atau salah tulis
Saya gak percaya siapa pun di sana. Bengkel pertama maupun bengkel ke-2. Bisa saja kan bengkel pertama ‘membuat’
gak beres. Lalu bengkel ke-2 ‘membereskan’. Jadi bisa saling menguntungkan keduanya. Menjual barang rusak, kurang ahli
dalam memasang.
Kalau mau shu'uzdon. Mungkin mereka juga yang menebar paku di dekat bengkel. Dalam kondisi becek dan gelap, susah
untuk melihat aspal.
Okelah gak pa pa kalau kita korbannya, masih muda, sehat fisik, sehat keuangan. Gimana kalau orang tua, orang sakit
yang sedang terburu-buru. Ada yang bawa anak sama barang bawaan banyak, hujan-hujanan, terus harus mengalami seperti ini...
Mungkin lebih aman pakai Ban Tubeless.
Yah, itu cerita dari sisi saya...
Maaf bila banyak typo atau salah tulis